Scooterist Edan
Minggu, 17 Juni 2012
Selasa, 20 Maret 2012
Rembulan
Wahai rembulan
Malam ini aku menyaksikanmu
Aku terus memandangmu
Aku lihat engkau ingin bicara padaku
Wahai rembulan
Aku lihat engkau ingin turun dari langit
Aku lihat engkau ingin brkata pada setiap manusia
bahwa alam sudah renta
Aku lihat cahayamu merah dan marah
melihat jutaan kepala penuh amarah
Aku lihat engkau ingin menangis
melihat mereka yang apatis
Aku lihat engkau ingin cahayamu padam
agar kemungkaran dibumi bisa teredam
Aku tahu engkau sudah bosan
melihat keserakahan dan kemunafikan
Aku tahu engkau sudah tak tahan
melihat banyak tangis akibat kelaparan
Aku tahu engkau ingin mengambil semua harta dibumi
agar mereka tak saling iri
Aku tahu engkau ingin menurunkan emas dan intan
agar mereka tak lagi cemas dengan kemiskinan
Aku tahu engkau sudah sangat jenuh
mendengar gemuruh perebutan kekuasaan
Aku tahu engkau ingin membakar dirimu sendiri dan mati
karna tak mau lagi menyaksikan semua ini
Malam ini aku menyaksikanmu
Aku terus memandangmu
Aku lihat engkau ingin bicara padaku
Wahai rembulan
Aku lihat engkau ingin turun dari langit
Aku lihat engkau ingin brkata pada setiap manusia
bahwa alam sudah renta
Aku lihat cahayamu merah dan marah
melihat jutaan kepala penuh amarah
Aku lihat engkau ingin menangis
melihat mereka yang apatis
Aku lihat engkau ingin cahayamu padam
agar kemungkaran dibumi bisa teredam
Aku tahu engkau sudah bosan
melihat keserakahan dan kemunafikan
Aku tahu engkau sudah tak tahan
melihat banyak tangis akibat kelaparan
Aku tahu engkau ingin mengambil semua harta dibumi
agar mereka tak saling iri
Aku tahu engkau ingin menurunkan emas dan intan
agar mereka tak lagi cemas dengan kemiskinan
Aku tahu engkau sudah sangat jenuh
mendengar gemuruh perebutan kekuasaan
Aku tahu engkau ingin membakar dirimu sendiri dan mati
karna tak mau lagi menyaksikan semua ini
Do'aku untuk Ibu
Tiba-tiba saja aku terjaga dari lelapku
Alam tak sadarku mengajak aku keluar dari tempat persinggahanku
Angin tengah malam menyeretku termenung dibawah pangkuan langit
Entah datang hawa dari mana
Tiba-tiba air mataku jatuh
hingga tak terbendung lagi
Sampai-sampai isakkanku mengalahkan suara alunan jangkrik
Aku teringat pada ibu
Teringat saat dia gelisah melihat aku susah
Teringat saat dia menangis ketika aku sakit
Teringat saat dia cemas kala aku tak berdaya
Teringat saat dia terjaga dari tidurnya karna tidurku tak lelap
Teringat saat dia mengelus-elusku digendongannya
Teringat semua kekhawatirannya padaku
Aku tahu kau pasti teringat padaku malam ini
Aku juga tahu engkau sedang memintakan sesuatu pada Gusti Pangeran untukku
Aku juga tahu engkau mungkin sedang menangis dikeheningan
Karna aku tahu cinta kasihmu begitu tulus pada anak-anakmu
Ya Allah ampunilah aku
Juga terhadap ibu dan bapakku
Cintailah dan Kasihanilah keduanya
Seperti halnya mereka mencintai dan mengasihiku kala aku kecil
Alam tak sadarku mengajak aku keluar dari tempat persinggahanku
Angin tengah malam menyeretku termenung dibawah pangkuan langit
Entah datang hawa dari mana
Tiba-tiba air mataku jatuh
hingga tak terbendung lagi
Sampai-sampai isakkanku mengalahkan suara alunan jangkrik
Aku teringat pada ibu
Teringat saat dia gelisah melihat aku susah
Teringat saat dia menangis ketika aku sakit
Teringat saat dia cemas kala aku tak berdaya
Teringat saat dia terjaga dari tidurnya karna tidurku tak lelap
Teringat saat dia mengelus-elusku digendongannya
Teringat semua kekhawatirannya padaku
Aku tahu kau pasti teringat padaku malam ini
Aku juga tahu engkau sedang memintakan sesuatu pada Gusti Pangeran untukku
Aku juga tahu engkau mungkin sedang menangis dikeheningan
Karna aku tahu cinta kasihmu begitu tulus pada anak-anakmu
Ya Allah ampunilah aku
Juga terhadap ibu dan bapakku
Cintailah dan Kasihanilah keduanya
Seperti halnya mereka mencintai dan mengasihiku kala aku kecil
Jumat, 16 Maret 2012
Scooterist Edan: Pemulung Kota
Scooterist Edan: Pemulung Kota: Mentari belum beranjak keluar Engkau sudah siap membawa perkakas Kokok ayam juga belum terdengar Tapi engkau sudah bergegas Untuk mengai...
Aku ini Siapa
Aku ini siapa?
Aku tak tahu harus berbuat apa?
Aku bertanya harus kemana?
Semua manusia sepertinya menganggap aku tak ada
Mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka
Mereka bilang waktu mereka adalah permata
yang tak boleh berlalu begitu saja
Aku ini siapa?
Aku bertanya pada langit
tapi langit tak mau menjawab
Aku mengadu pada gunung
tapi gunung tampak bingung
Aku minta pendapat pada laut
tapi laut tetap cemberut
Aku mencurahkan hati pada alam
tapi mereka semua diam
Aku ini siapa?
Aku ingin menjerit
tapi pita suaraku seperti terjepit
Aku ingin lari begitu jauh
tapi tubuhku tak berpeluh
Aku ingin menyelam kedalam samudra
tapi kaki dan tanganku tak berdaya
Ya Allah...
Haruskah aku menjadi Kyai
yang selalu menasehati para santri
Atau bahkan seorang sufi
yang dianggap manusia paling suci
Haruskah aku menjadi pemimpin
yang selalu mengatur
Ataukah seorang preman
yang tak mau ditegur
Haruskah aku menjadi petani
agar bisa menggarap sawah
Ataukah seorang priyai
yang butuh istana megah
Ya Allah...
Ya Rohman...
Ya Rohim...
Aku tak tahu
Aku ini siapa?
Aku tak tahu harus berbuat apa?
Aku bertanya harus kemana?
Semua manusia sepertinya menganggap aku tak ada
Mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka
Mereka bilang waktu mereka adalah permata
yang tak boleh berlalu begitu saja
Aku ini siapa?
Aku bertanya pada langit
tapi langit tak mau menjawab
Aku mengadu pada gunung
tapi gunung tampak bingung
Aku minta pendapat pada laut
tapi laut tetap cemberut
Aku mencurahkan hati pada alam
tapi mereka semua diam
Aku ini siapa?
Aku ingin menjerit
tapi pita suaraku seperti terjepit
Aku ingin lari begitu jauh
tapi tubuhku tak berpeluh
Aku ingin menyelam kedalam samudra
tapi kaki dan tanganku tak berdaya
Ya Allah...
Haruskah aku menjadi Kyai
yang selalu menasehati para santri
Atau bahkan seorang sufi
yang dianggap manusia paling suci
Haruskah aku menjadi pemimpin
yang selalu mengatur
Ataukah seorang preman
yang tak mau ditegur
Haruskah aku menjadi petani
agar bisa menggarap sawah
Ataukah seorang priyai
yang butuh istana megah
Ya Allah...
Ya Rohman...
Ya Rohim...
Aku tak tahu
Aku ini siapa?
Sajak Untukmu Rembulan
Wahai rembulan malam
Izinkanlah aku untuk menulis sajak cinta
yang ku persembahkan untukmu
Keelokan rupamu membuat orang terpesona
Cahayamu menerangi seluruh jagat raya
Bintang pun merasa iri akan keindahanmu
Andai aku bisa terbang
Aku ingin menjemputmu
Kan kuajak engkau menari bersamaku
Tapi dirimu hanya dapat kupandang saja
dan tak dapat kumiliki
Namun sinarmu akan tetap bersemayam dalam sanubariku
Izinkanlah aku untuk menulis sajak cinta
yang ku persembahkan untukmu
Keelokan rupamu membuat orang terpesona
Cahayamu menerangi seluruh jagat raya
Bintang pun merasa iri akan keindahanmu
Andai aku bisa terbang
Aku ingin menjemputmu
Kan kuajak engkau menari bersamaku
Tapi dirimu hanya dapat kupandang saja
dan tak dapat kumiliki
Namun sinarmu akan tetap bersemayam dalam sanubariku
Pemulung Kota
Mentari belum beranjak keluar
Engkau sudah siap membawa perkakas
Kokok ayam juga belum terdengar
Tapi engkau sudah bergegas
Untuk mengais rejeki ditumpukan sampah
Panasnya hari tak membuatmu resah
Derasnya hujan tak membuatmu gelisah
Pemulung kota tetap saja tabah
menghadapi hidup yang begitu serakah
Kala mentari mulai beranjak pulang
Engkau juga melangkah pulang
Senyum anak istri dirumah
telah menunggu kedatanganmu
Semangatlah wahai pemulung kota
Hari esok masih ada
Engkau sudah siap membawa perkakas
Kokok ayam juga belum terdengar
Tapi engkau sudah bergegas
Untuk mengais rejeki ditumpukan sampah
Panasnya hari tak membuatmu resah
Derasnya hujan tak membuatmu gelisah
Pemulung kota tetap saja tabah
menghadapi hidup yang begitu serakah
Kala mentari mulai beranjak pulang
Engkau juga melangkah pulang
Senyum anak istri dirumah
telah menunggu kedatanganmu
Semangatlah wahai pemulung kota
Hari esok masih ada
Langganan:
Postingan (Atom)